Rabu, 02 Oktober 2013

Lembaga Tertua Kini Lahir di Kediri


Wawancara dengan pimpinan LBPP LIA cabang Kediri
KEDIRI- Lembaga Bahasa dan Pendidikan Profesional (LBPP) LIA merupakan lembaga non-formal yang telah berpengalaman lebih dari 50 tahun (sejak 1959) dalam bidang pendidikan bahasa Inggris dengan jumlah siswa 75.000 di 66 gerai yang tersebar di 18 propinsi di Indonesia. LBPP LIA kini hadir di Jalan Letjend Sutoyo 94 Bangsal, Kediri. Bangunan tinggi yang didominasi warna biru dan putih ini terkenal sebagai lembaga pendidikan bahasa Inggris tertua yang telah berpengalaman dan mempunyai banyak program. Selain program pembelajaran untuk remaja dan dewasa, ada juga  program pembelajaran untuk umum dan karyawan yang berupa “conversation in English”.

Kualitas LIA memang sudah tidak diragukan lagi. Guna mencetak siswa-siswi yang unggul, maka para pengajar LIA diharuskan mengikuti pelatihan selama dua bulan. “Disitu nanti calon pengajar akan diseleksi dan dilatih mengajar yang baik dan menyenangkan, mereka  akan diberi sertifikasi TEFL (Teaching English as a Foreign Language.red),” ujar Andi Renata Agustayudi, selaku pimpinan LBPP LIA cabang Kediri.
Banyaknya siswa yang memilih belajar di LIA tentunya bukan tanpa alasan. Selain menawarkan program yang menarik, LIA juga menyediakan fasilitas-fasilitas guna menunjang belajar siswa. Seperti, kelas ber-AC dan LCD, wi-fi hotspot, multimedia, majalah C’ n S, klinik bahasa Inggris, musholla, kantin, asuransi kecelakaan, generator set, dan masih banyak yang lain. Adapun program-program yang diadakan, selain program pengajaran di dalam kelas, LIA juga mempunyai program paket liburan dan outing kelas. “Itu semua program di luar kelas, di mana mereka akan dibawa terjun ke masyarakat secara langsung. Bisa di pasar atau restoran,” jelas pria asal Jogja ini.

Andi mengisahkan, dahulu LIA merupakan singkatan dari Lembaga Indonesia-Amerika. Hal ini dikarenakan lembaga ini bekerjasama dengan Dubes Amerika. “Karena sesuatu hal, akhirnya kami berhenti bekerjasama dan singkatan LIA pun berubah menjadi Language in Action,” ujar Andi. Menurut Andi, perkembangan bahasa Inggris di Kota Kediri sekarang jauh lebih baik. Ia berpesan kepada masyarakat, terutama kaum remaja, agar bahasa Inggris tidak dipandang sebagai momok dan bahasa “high class”. “Dimulai dari yang kecil, cobalah belajar. Bisa melalui film atau lagu agar terbiasa,” pesan Andi. (am)
0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

0 komentar:

Posting Komentar